HAKIKAT AMALAN HATI DAN BADAN
Harist Al-Muhasibi rahimahullah mengatakan:
“Di antara sebaik-baik ibadah adalah hati yang diisi dengan rasa cinta kepada ketaatan. Jika hatimu telah dilimpahi oleh perasaan seperti itu maka anggota badan akan beramal sesuai dengan apa yang ia lihat dalam hati. Sebab, boleh jadi anggota badan sedang sibuk beribadah, sedangkan hati diam menganggur.”
“Lalu bagaimanakah bentuk ibadah hati di luar anggota badan? Bagaimana ibadah yang dilakukan hati akan mengalir menuju anggota badan?”
Beliau menjawab, “Yakni ketika hati menjadi wadah/tempat bagi kerisauan dan kesedihan, rasa papa dan sangat membutuhkan, penyesalan, tawadu’, dan keterdesakan menuju Allah, sikap tulus kepada-Nya dan cinta pada apa yang Allah cintai, serta benci kepada apa yang Allah benci.
Jika ia menyikapi Allah dengan keadaan hati semacam ini, maka anggota badan akan mengikuti gerak dan bangkit untuk melakukan ketaatan. Keadaan ini akan terwujud jika relung-relung hati telah diisi dengan dzikir kepada Allah dan ingatan terhadap hari Akhirat.
Di sisi lain, hendaknya hati juga diisi dengan mengenali nikmat-nikmat Allah, gembira bersama-Nya, senang beribadah kepada-Nya, rindu kepada-Nya, selalu senang bersyukur kepada-Nya, serta berharap kepada ampunan-Nya.
Jika hati menyikapi Allah dengan keadaan hati seperti ini, maka anggota badannya pun akan melakukan ibadah dan amal kebaikan. Anggota badan akan beramal disertai rasa senang, gembira dan nikmat.”
--Harist Al-Muhasibi dalam Adab An-Nufus
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim