DAMPAK JIKA TIDAK MENJAGA LISAN
Nikmat lidah diciptakan untukmu agar engkau mempergunakan dalam banyak berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an, memberi petunjuk kepada makhluk Allah kepada jalan yang diridhoa-Nya dan untuk menyampaikan maksud hatimu dalam urusan agama dan urusan dunia. Jika engkau mempergunakannya pada jalan yang tidak diperintahkan atau tidak sesuai dengan tujuannya, maka berarti engkau telah mengkufuri nikmat Allah swt., karena itu, sadarlah bahwa mulut adalah anggota yang paling berperan dan paling menentukan di dalam keselamatan dirimu.
Sesuatu yang paling banyak menjerumuskan manusia kedalam jurang neraka adalah lisan, maka dari itu berhati-hatilah dengan benar! Jagalah lisanmu dengan sekuat tenaga, agar ia tidak menjerumuskan dirimu kedalam jurang api neraka. Didalam sebuah hadis Rasulullah saww. bersabda:
إن الرجل ليتكلم بالكلمة ليضحك بها أصحابه فيهوى بها فى قعر جهنم سبعين خريفا
Innar-rojula layatakallamu bilkalimati liyudhhika bihaa ashhaabahu fayahwii bihaa fii qo’ri jahannama sab’iina khoriifan.
Artinya: Sesungguhnya seseorang terkadang berbicara dengan kalimat yang lucu dihadapan teman-temannya, lalu akibatnya (tanpa diduga) dia terjerumus ke dalam neraka jahanam yang kedalamannya sejauh perjalanan tujuh puluh tahun.
Diriwayat pula dalam hadis, bahwa pada zaman Rasulullah saww. ada seseorang yang mati syahid dalam berperang membela agama Islam. Maka salah seorang berkata, “Beruntung, dia mendapatkan surga.” Baginda Rasulullah saww. bersabda, “Apa yang menjadikan engkau yakin tentang dia? Mungkin saja dia telah berbicara dengan hal yang tak bermanfaat dan mungkin saja dia kikir dengan sesuatu yang tak berharga baginya.” (Sehigga dengan itu ia terhalang dari surga).
Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali berkata di dalam kitab Bidayatul Hidayah, Jagalah lisanmu dari delapan hal berikut ini:
1. Berbohong.
Jagalah lisanmu dari berbohong, baik di saat serius maupun bergurau dan jangan membiasakan berbohong ketika bergurau, karena hal itu akan menggiringmu kepada berbohong ketika serius. Sesungguhnya berbohong adalah dosa besar dan engkau dikenal sebagai pembohong, maka akan jatuhlah harga dirimu dan hilanglah kepercayaan orang terhadap dirimu. Bahkan semua mata akan menghinamu dan meremehkan dirimu. Jika engkau ingin mengetahui jeleknya kebohonganmu, maka lihatlah kebohongan temanmu terhadap dirimu dan lihatlah betapa larinya hatimu dari teman itu dan bagaimana engkau meremehkannya serta meremehkan apapun yang datang darinya. Begitu pula dengan semua aib dirimu, karena engkau tidak bisa mengetahui aib dirimu dengan dirimu sendiri, maka engkau harus mengetahuinya dari orang lain. Cara mengukurnya adalah bahwa apa pun yang engkau rasakan buruk dari orang lain, maka pasti orang lain pun menganggapnya buruk dari dirimu. Karena itu, Janganlah engkau rela dengan aib-aib itu berada dalam dirimu.
2. Mengingkari Janji.
Hati-hatilah kalau engkau berjanji suatu hal, jangan sampai engkau tidak menepatinya. Akan jauh lebih baik apabila kebaikanmu kepada orang lain langsung berupa tindakan tanpa dijanjikan, daripada diucapkan tetapi tidak dilaksanakan. Namun jika engkau terpaksa harus berjanji, maka haruslah engkau menepatinya kecuali jika engkau tidak mampu. Karena mengingkari janji adalah salah satu ciri kemunafikan dan salah satu dari akhlak yang buruk.
Rasulullah saww. bersabda:
ثلاث من كن فيه فهو منافق و إن صام و صلى من إذا حدث كذب و إذا وعد اخلف و إدا أتمن خان
Tsalaastun man kunna fiihi fahuwwa munaafiqun wa in shooma wa sholla man idzaa haddatsa kadzaba wa idzaa wa ‘ada akhlafa wa idzaa tumina khona.
Artinya: Ada tiga hal, barangsiapa melakukan (salah satu) nya, maka dia adalah orang munafik, walaupun dia berpuasa dan sholat, tiga hal tersebut adalah: jika berbicara dia berbohong, jika berjanji dia mengingkari dan jika dipercaya dia berkhiyanat.
3. Menggunjing.
Jagalah lisanmu dari menggunjing orang lain, karena menggunjing dosanya lebih berat daripada tigapuluh kali perzinaan dalam keadaan Islam. Demikian keterangan hadits Nabi saww.
Maksud menggunjing ialah engkau menyebut seseorang dengan beberapa hal yang tidak baik, andai dia mendengar, maka dia akan merasa sakit hati. Dengan menyebut keburukan orang lain, engkau akan digolongkan dengan kaum yang zholim dan kaum yang menggunjing walaupun yang engkau ucapkan itu benar dan sesuai dengan kenyataan. Hati-hatilah dari gaya gunjingan para ulama yang ahli riya’, yaitu menggunjing orang dengan bahasa isyarat dan tidak dengan transparan. Contoh seperti ucapan, “Semoga Allah menyadarkannya, sungguh dia telah berbuat buruk padaku dan menyusahkan aku dengan berbagai tindakan, tapi ya sudahlah, tidak ada masalah, semoga Allah memperbaiki aku dan dia.”
Ucapan seperti itu mengandung dua keburukan, yang pertama adalah keburukan menggunjing orang dan yang kedua adalah keburukan memuji diri sendiri dan menampakkan kesalahan orang lain, yaitu dengan menampakkan rasa kesal kepadanya lalu berpura-pura berbaik hati dengan mendoakannya. Jika benar maksudmu dengan ucapan itu adalah mendoakan dia, maka tidaklah menjadi masalah, hanya saja hendaknya engkau lakukan doa itu secara tersembunyi dan tidak perlu engkau ucapkan di muka umum dan jika memang engkau merasa prihatin atau sayang kepadanya, maka tandanya engkau tidak akan tega memperlihatkan keburukannya di hadapan orang lain. Padahal dengan menampakkan rasa kesal kepada kekurangannya dihadapan orang lain berarti engkau telah membuka aibnya dan menyingkap keburukannya.
Cukup bagimu sebagai peringatan dari dosa menggunjing firman Allah swt. berikut ini:
و ﻻ يغتب يعضكم بعضا أيحب أحدكم أن يأكل لحم أخيه ميتا فكرهتموه
Wa laa yaghtab ba’dhukum ba’dhan ayuhibbu ahadukum an ya-kula lahma akhiihi maitan fakarihtumuuhu
Artinya: Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. (QS. Al-Hujarraat : 12)
Menurut ayat tersebut jika engkau menggunjing seseorang maka sama dengan engkau memakan mayatnya. Alangkah pantasnya jika engkau menjauhinya!
Jika engkau ingin memiliki rasa enggan untuk menggunjing orang-orang islam, maka lihatlah dirimu sendiri. Tanyakanlah kepadanya, bukankah engkau memiliki aib yang zhahir dan yang bathin?! Bukankah engkau selalu berbuat dosa dimuka umum ataupun ketika sendirian?! Jika dirimu sadar dengan kelemahan dan kekurangannya dengan pertanyaan itu, maka sebaiknya engkau juga bisa memaklumi kekurangan dan kelemahan orang lain serta menerima berbagai alasannya. Sebagaimana dirimu tidak suka jika kekuranganmu dibuka, maka begitu juga orang lain, dia tidak suka bila engkau membuka aibnya.
Jika engkau menutupi aib orang lain dan merahasiakannya, maka Allah akan menutupi aib-aibmu, tetapi jika engkau membeberkannya, maka Allah juga akan menjadikan lisan manusia membuka kekuranganmu, mereka akan merobek kehormatanmu dengan omongan yang tajam di dunia, bahkan di akhirat nanti, Allah tidak akan segan-segan untuk membeberkan aibmu di hadapan seluruh makhluk.
Jika engkau melihat kepada dirimu secara lahiriyah dan bathiniyah lalu engkau merasa tidak menemukan aib atau kekurangan didalamnya, maka ketahuilah maka kebodohanmu tentang aib-aib dirimu sendiri adalah keburukan yang paling fatal dan paling berbahaya, tidak ada yang lebih bodoh dari itu! Hal itu menunjukan bahwa Allah belum menghendaki kebaikan untuk dirimu, karena jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, maka pasti Dia memperlihatkan kepadamu berbagai kekurangan dirimu. Puncak kebodohan seseorang adalah jika dia memandang dirinya sendiri dengan pandangan senang, puas dan merasa sudah cukup.
Jika engkau benar-benar jujur dalam anggapanmu tentang tidak adanya aib dan kekurangan pada dirimu, maka bersyukurlah kepada Allah swt. dengan baik, tidak perlu engkau merusak keshalehanmu dengan menjelekkan orang lain dan mempermainkan kehormatannya, karena hal itu adalah aib yang terbesar.
4. Berdebat dan Berbantah.
Janganlah engkau kotori lidahmu dengan berdebat dan berbantah, karena hal itu menyakitkan hati orang lain, menyebabkan pembodohan dan membawa penghinaan terhadap orang lain dengan kata-katamu, berdebat juga bisa menimbulkan rasa bangga pada diri sendiri serta dapat membuatnya tersanjung dengan perasaan lebih berilmu dan lebih cerdas.
Berbantah den berdebat bisa mengganggu ketenangan hidup, karena jika engkau menang debat dengan orang yang bodoh, maka pasti dia akan membalas dengan tindakan yang menyakitimu, dan jika engkau menang berdebat dengan orang yang bijak, maka dia akan meninggalkan dirimu dan merasa dengki kepadamu. (Dalam dua hal kemungkinan itu, akibat berdebat sangatlah tidak baik)
Rasulullah saww. Telah bersabda:
من ترك المراء و هو مبطل بنى الله له بيتا في ربض الجنة و من ترك المراء و هو محق بنى الله له بيتا فى أعلى الجنة
Man tarokal-miroo’a wa huwa mubthilun banallaahu lahu baitan fii robadhil-jannati wa man tarokal-miroo’a wa huwa muhiqun banallaahu lahu baitan fii a’laal-jannati.
Artinya: Barangsiapa meninggalkan berdebat sedang dia memang bersalah, maka Allah membangun baginya istana di tengah surga dan barangsiapa meninggalkan berdebat padahal dia benar, maka Allah membangun baginya istana di surga yang paling tinggi.
Janganlah engkau tertipu dengan godaan syaitan yang berbisik dibenakmu, “Berdebatlah untuk memperlihatkan yang benar dan jangan mengalah! Ini adalah penting dan prinsip kebenaran.” Karena sering kali syaitan membujuk orang yang bodoh agar masuk dalam keburukan dengan menggunakan bahasa kebaikan. Maka janganlah menjadi bahan tertawaan syaitan sehingga dia menghinamu.
Menampakkan kebenaran memang amalan yang bagus, tetapi harus tepat sasaran, tepat waktu dan sesuai dengan kondisi orang yang akan menerimanya, yaitu dengan cara memberi nasehat secara sembunyi bukan dengan cara berdebat di muka umum. Memberi nasehat harus dengan cara yang benar dan sifat yang terpuji serta harus disertai sifat kelembutan, sebab nasehat yang tidak tepat cara dan waktu, akan lebih mempermalukan seseorang dan pasti akan berakibat fatal.
Sayangnya di zaman ini, siapapun yang bergaul dengan para ulama maka akan terlihat pada mereka watak suka berdebat, suka membantah dan sulit untuk bersifat diam. Hal tersebut disebabkan oleh para ulama suu’, yang mengajarkan bahwa sikap tersebut kemuliaan dan bahwa kemampuan berdebat serta kehebatan berdalil adalah amalan yang terpuji. Maka dari itu menjauhlah dari para ulama seperti itu sebagaimana engkau menjauh dari srigala, (Sebab jika engkau bergaul dengan dengan mereka, maka engkau akan gemar berdebat dan berbantah seperti mereka). Yakinlah bahwa sikap senang berdebat dapat menyebabkan murka Allah swt. dan murka para makhlukNya.
5. Memuji Diri Sendiri.
Janganlah engkau terbiasa memuji dirimu sendiri, Allah swt. telah berfirman:
فلا تزكوا أنفسكم هو أعلم بمن اتقى
Falaa tuzakkuu anfusakum huwa a’lamu bimanit-taqoo.
Artinya: Janganlah kalian menganggap suci diri kalian sendiri karena Allah lebih tahu tentang orang yang bertakwa.
Ditanyakan kepada sebagian orang bijak, “Apakah sifat kejujuran yang paling buruk?” dia menjawab, “Kejujuran yang paling buruk adalah jika seseorang selalu menyebut kebaikan dirinya sendiri dengan sebenar-benarnya.”.
Ketahuilah bahwa amalan tersebut justru mengurangi kehormatanmu di hadapan manusia dan menyebabkan murka di hadapan Allah swt..
Jika engkau hendak mengetahui bahwa pujianmu terhadap dirimu sendiri tidak akan menambah kehormatan di hadapan siapapun, maka lihatlah teman-temanmu yang berbuat seperti itu, yaitu ketika mereka memuji diri mereka sendiri dengan berbagai keutamaan, kedudukan dan kekayaan, pada saat itu engkau pasti ingkar kepada mereka dan hatimu akan merasa berat karenanya, bahkan engkau pasti mencela mereka setelah berpisah dengan mereka, begitu pula mereka, sama dan tidak berbeda. Ketika engkau memuji dirimu sendiri di hadapan mereka, maka mereka pasti mencelamu dengan hati mereka secara langsung dan mereka akan memperlihatkan ketidak sukaan tersebut setelah berpisah denganmu.
6. Melaknat.
Berhati-hatilah! Jangan sampai engkau menggunakan lidahmu untuk melaknat sesuatu yang diciptakan oleh Allah swt. secara khusus dan jelas, baik binatang, makanan apalagi manusia. Jangan juga memfonis seseorang yang muslim dengan sifat kufur, syirik ataupun munafik berdasarkan penglihatan dan pengetahuanmu, karena yang mampu melihat segala hakikat hanyalah Allah swt. (termasuk keimanan dan keislaman mereka). Tidak ada hak bagimu untuk ikut campur di dalam urusan yang terjadi antara Allah swt. dengan hamba-hambaNya.
Ketahuilah bahwa di hari kiamat kelak tidak akan ditanyakan kepadamu, “Kenapa engkau tidak mencaci maki orang itu?” dan “Kenapa engkau diamkan dia?” Bahkan sekalipun engkau tidak mencaci iblis sepanjang hidup dan engkau tidak pernah menyebutnya, niscaya engkau tidak akan ditanya ataupun dituntut di hari kiamat. Justru sebaliknya, jika engkau mencaci salah seorang dari makhluk Allah swt. maka engkau akan dimintai pertanggungjawaban.
Janganlah pula engkau mencela apa pun yang diciptakan oleh Allah SWT. karena didalam hadis dinyatakan bahwa Rasulullah saww. sama sekali tidak mencela makanan yang beliau tidak suka, akan tetapi, jika beliau menginginkannya maka beliau memakannya dan apabila tidak menyukainnya, maka beliau berdiam dan membiarkannya.
7. Mendoakan Jelek Pada Makhluk Lain.
Jagalah mulutmu dari berdoa buruk kepada seseorang dari makhluk Allah swt. walaupun dia telah berbuat zhalim kepadamu, lebih baik serahkanlah balasan yang akan menimpanya kepada Allah swt.. Dalam sebuah hadit dinyatakan:
إن المظلوم ليدعو على ظالمه حتى يكافئه ثم يبقى للظالم فضل عنده يطالبه به يوم القيامة
Innal-mazhluuma layad’uwa zhoolimihi hattaa yukaafi-ahu tsumma yabqoo lizhzhoolimi fadhlun ‘indahu yuthoolibuhu bihi yaumal-qiyaamati.
Artinya: Sesungguhnya orang yang dizholimi terkadang mendoakan buruk atas orang yang menzholimi sehingga dia membalas kezholimannya, kemudian ia berdoa buruk lagi kepadanya sehingga melebihi kezholimannya, maka orang yang menzholimi akan menuntut kepadanya dihari kiamat.
8. Bergurau atau melawak.
Jagalah lidahmu dari bergurau, mengejek orang dan mempermainkannya. Hindarilah hal-hal itu baik ketika serius ataupun saat berbasa-basi, karena semua itu dapat menghilangkan wibawa dan rasa simpatik, juga bisa menimbulkan keresahan hati dan dapat menyakiti perasaan orang. Bahkan semua itu seringkali menjadi pemicu keributan, amarah, perkelahian serta bisa menanamkan rasa kebencian dihati seseorang. Sebab itu, janganlah melawaki seseorang atau mentertawakannya. Jika ada sekelompok yang mencandai atau mentertawai dirimu, maka jangan engkau menjawab mereka. Berpalinglah dari obrolan mereka sehingga mereka membahas topik pembicaraan yang lain. Jadilah engkau termasuk hamba-hamba Allah yang sejati dan terhormat, yaitu mereka yang meninggalkan hal-hal yang percuma karena memiliki rasa malu kepada Allah swt..
Itulah penjelasan tentang bahaya-bahaya lisan. Sungguh engkau tidak akan bisa menghindarinya kecuali jika engkau menyendiri dari bergaul dengan banyak orang atau dengan membiasakan diri untuk diam, sehingga engkau tidak berucap kecuali dalam keadaan sengat mendesak dan bila berkata maka berkata dengan perkataan yang baik.
Khalifah Abubakar Ash-Shiddiq ra. pada suatu ketika memasang batu di mulutnya agar mencegahnya dari berbicara jika terpaksa. Beliau pernah berkata sambil menunjuk mulutnya, “Inilah lidah yang menjerumuskan aku kedalam banyak lembah kerusakan (dosa).” Maka dari itu berusahalah dengan sekuat tenaga untuk menjaga lidahmu, kerena dialah penyebab yang paling dahsyat bagi kerugianmu di dunia dan akhirat.
Penulis : Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al ‘Aydrus.
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim