MENYIKAPI WAFATNYA SAYYIDINA HUSEIN DI HARI ASYURA
قال الإمام ابن حجر الهيتمي:
Imam Ibnu Hajar al-Haitami asy-Syafii (w. 973 H) berkata:
(اعْلَم أَن مَا أُصِيب بِهِ الْحُسَيْن رَضِي الله تَعَالَى عَنهُ فِي يَوْم عَاشُورَاء ... إِنَّمَا هُوَ الشَّهَادَة الدَّالَّة على مزِيد حظوته ورفعته ودرجته عِنْد الله وإلحاقه بدرجات أهل بَيته الطاهرين.
“Ketahuilah, apa yang dialami oleh Sayyidina Husein RA pada hari Asyuro (10 Muharram) adalah bentuk kesyahidan dirinya (mati di jalan Allah) yang menunjukkan tambahan pahalanya, kemuliaannya dan ketinggian derajatnya di sisi Allah, serta pencapaian dirinya dengan derajat-derajat para Ahlul Baitnya yang suci.
فَمن ذكر ذَلِك الْيَوْم مصابه لم يَنْبغ أَن يشْتَغل إِلَّا بالاسترجاع امتثالا لِلْأَمْر، وإحرازا لما رتبه تَعَالَى عَلَيْهِ بقوله {أُولَئِكَ عَلَيْهِم صلوَات من رَبهم وَرَحْمَة وَأُولَئِكَ هم المهتدون} (الْبَقَرَة:157).
Oleh karena itu, barang siapa yang mengingat hari itu karena musibah tersebut maka ia tidak akan lebih dari melakukan istirja’ (ungkapan zikir kepasrahan kepada Allah atas musibah, Penj.) sebagai bentuk dari pengamalan perintah Allah, dan untuk mendapatkan balasan yang Allah berikan dengan tindakan (istirja’) tersebut, yaitu melalui firman-Nya:
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 157).
وَلَا يشْتَغل ذَلِك الْيَوْم إلا بذلك وَنَحْوه من عظائم الطَّاعَات كَالصَّوْمِ، وإياه ثمَّ إِيَّاه أَن يشْغلهُ ببدع الرافضة من النّدب والحزن والنياحة إِذْ لَيْسَ ذَلِك من أَخْلَاق الْمُؤمنِينَ وَإِلَّا لَكَانَ يَوْم وَفَاته صلى الله عَلَيْهِ وَسلم أولى بذلك وَأَحْرَى.
Ia tidak melakukan apa-apa pada hari itu selain perbuatan di atas, dan amalan lain semisalnya berupa ketaatan-ketaatan yang agung seperti berpuasa.
Awas dan hati-hatilah dari menyibukkan diri dengan perbuatan bid’ah kaum RAFIDHAH berupa berlebihan dalam memuji mayit, bersedih dan menangis dengan keras, karena itu semua bukan sifat kaum mukminin. Jika tidak maka hari kematian Rasulullah SAW lebih utama dari hari itu.
أَو ببدع الناصبة المتعصبين على أهل الْبَيْت أَو الْجُهَّال المقابلين الْفَاسِد بالفاسد والبدعة بالبدعة وَالشَّر بِالشَّرِّ من إِظْهَار غَايَة الْفَرح وَالسُّرُور.
Atau berhati-hatilah dari perbuatan bid’ah kaum NAWASIB yang benci terhadap Ahlul Bait, atau orang-orang bodoh yang membalas keburukan dengan keburukan, bid’ah dengan bid’ah dan kejahatan dengan kejahatan, berupa menampakkan rasa gembira dan bahagia yang sangat.”
الصواعق المحرقة على أهل الرفض والضلال والزندقة (2/ 533)
(Sumber: kitab Ash-Shawâiq al-Muhriqah ‘Alâ Ahlir Rafdh Wadh Dhalâl Waz Zandaqah, vol. II, hlm. 533)
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim