TUNDUKNYA SINGA DENGAN TATAPAN MATA
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
السَّلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ ÙˆَرَØْÙ…َØ©ُ اللهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُÙ‡
"Kisah karomah Abu Said Abul Khair رØمه الله"
Abu Said Abul Khair رØمه الله yang dikenal sebagai seorang sufi yang sangat menjaga situasi hatinya agar tidak terbersit maksud buruk. Karena kemuliaan hatinya itu, Abul Khair رØمه الله mendapatkan beberapa karomah dan salah satunya adalah mampu menundukkan singa padang pasir yang buas
hanya dengan tatapan mata saja.
Suatu ketika, ada seorang sufi yang masih muda datang dengan maksud ingin berguru kepada Abu Said Abul Khair رØمه الله, seorang tokoh sufi yang terkenal karena karomahnya dan gemar mengajar tasawuf di pengajian-pengajian. Rumah guru sufi itu terletak di tengah-tengah padang pasir.
Ketika sufi muda itu tiba di rumahnya, Abul Khair رØمه الله sedang memimpin pengajian.
Pada waktu Abul Khair رØمه الله membaca Surat Al Fatehah, dan tiba pada ayat terakhir yang berbunyi, "Ghairil Manghdubi 'Alaihim Wa Ladh Dhallin." Saat itulah sufi muda ini agak kurang puas dengan makhraj bacaan Al Qur'an Abul Khair رØمه الله, yang dinilainya kurang fasih.
"Bagaimana mungkin ia seorang sufi terkenal, makhraj bacaan Al Fatehahnya saja tidak bagus,
bagaimana mungkin aku bisa menjadi muridnya?" guman sufi muda itu yang berniat mengurungkan niatnya untuk berguru kepada Abul Khair رØمه الله.
Setelah itu, sufi muda itu berniat keluar dari majelis dan pergi tanpa permisi. Namun, begitu sufi muda itu keluar, ia langsung dihadang oleh seekor singa padang pasir yang buas. Singa itu mengaum dengan kerasnya seperti hendak memangsa sufi muda tersebut.
Karena ketakutan, sufi muda itu memilih untuk mundur. Akan tetapi di belakangnya juga ada seekor singa padang pasir lain yang menghalanginya.
Sufi muda itu seperti terjebak di tengah-tengah tanpa bisa berbuat sesuatu. Akhirnya, sufi muda itu menjerit keras karena ketakutan.
Begitu mendengar teriakan dari luar, Abul Khair رØمه الله segera turun keluar meninggalkan majelisnya. Ia menatap kedua ekor singa padang pasir yang buas itu dengan tatapan yang tajam.
Sesaat kemudian, Abul Khair رØمه الله menegur singa-singa itu, "Wahai singa, bukankah sudah aku bilang padamu jangan pernah kalian mengganggu para tamuku."
Sungguh ajaib, kedua singa yang semula terlihat buas itu lalu duduk bersimpuh di hadapan Abul Khair رØمه الله. Sang sufi Abul Khair رØمه الله lalu mengelus2 telinga kedua singa itu dan menyuruhnya pergi. Setelah kedua hewan buas itu benar-benar pergi, sufi muda itu merasa keheranan.
"Bagaimana Anda dapat menaklukkan singa-singa yang begitu liar itu?" tanya sufi muda.
"Anak muda, selama ini aku sibuk memperhatikan urusan hatiku. Bertahun-tahun aku berusaha menata hati hingga aku tidak sempat berprasangka buruk kepada orang lain. Untuk kesibukanku menaklukkan hatiku ini, Allah Ta'ala telah menaklukkan seluruh alam semesta kepadaku. Semua binatang buas di sini termasuk singa padang pasir yang buas itu, semua tunduk kepadaku," jelas Abul Khair رØمه الله.
MENATA HATI
Sufi muda itu hanya terdiam dengan penuh rasa malu. Namun, di sisi lain ia begitu mengagumi karomah yang dimiliki oleh Abul Khair رØمه الله.
"Engkau tahu kekuranganmu, wahai anak muda?" kata Abul Khair رØمه الله.
"Tidak wahai guru," jawab sufi muda itu.
"Selama ini engkau sibuk memperhatikan hal-hal lahiriah hingga nyaris lupa memperhatikan hatimu,
karena itu engkau takut kepada semuruh alam semesta," jelas Abul Khair رØمه الله.
Sufi muda itu akhirnya mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia menetapkan hatinya untuk menjadi murid dari Abul Khair رØمه الله. Ia bersyukur bisa menjadi murid Abul Khair رØمه الله yang senantiasa mengajarinya tentang pentingnya menjaga hati agar selalu berprasangka baik.
Wallahu a'lam Bishowab
اللهم صل على سيدنا Ù…Øمد وعلى آل سيدنا Ù…Øمد
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad.
Sumber :
Kitab Al-Tabaqah al-Kubra.
Catatan : Abu Said Abul Khair رØمه الله adalah sufi terkemuka Khorasan abad kelima Hijriah.
Arif besar ini dilahirkan tahun 357 Hijriah atau 967 Masehi di desa Meyhaneh, yang dahulu bagian dari Khorasan Raya. Beliau wafat di tanah kelahirannya tahun 440 Hijriah atau 1048 Masehi di usia 81 tahun.