Tingkatan Husnuzon Kepada Allah
Dari Syaikh Ibnu Athailah dalam buku "Misteri Berserah Kepada Allah "
Diceritakan bahwa ada seorang arif, yang ketika ditimpa musibah, berkata, "Tak apa-apa, itu baik."
Pada suatu malam, seekor srigala datang dan memakan ayamnya. Ketika diberitahu, la menjawab, "Tidak apa-apa."
Di malam berikutnya anjingnya mati. Saat diberi tahu ia menjawab, "Semuanya baik-baik saja."
Lalu esok harinya keledainya juga mati. la tetap berkata, "Tak apa." Keluarganya tidak menyukai jawaban itu.
Namun, pada malam berikutnya, sekelompok orang menyerang desa itu dan membunuh semua penduduknya. Tidak ada yang selamat kecuali si arif dan keluarganya. Ternyata, gerombolan itu mendatangi penduduk mengikuti suara ayam, gonggongan anjing, dan bunyi keledai. Sementara, si arif itu tak lagi memilikinya. Kematian hewan-hewan itu menjadi sebab keselamatannya. Mahasuci Allah Yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.
Seorang hamba menyadari baiknya pengaturan Allah setelah suatu peristiwa berlalu. Itulah sifat manusia kebanyakan. Berbeda dengan kalangan khusus yang memahami Allah dan mengetahui baiknya pengaturan Allah sebelum peristiwa itu berlalu. Kalangan khusus ini pun terbagi ke dalam beberapa tingkatan:
Ada orang yang berbaik sangka kepada Allah Swt sehingga mereka berserah diri kepada-Nya karena Dia telah banyak memberikan anugerah dan karunia.
Ada yang berbaik sangka kepada Allah Swt karena mengetahui bahwa merisaukan nasib dan ikut mengatur tidak akan mampu menolak ketentuan yang telah ditetapkan atas dirinya dan tidak akan mendatangkan apa yang bukan bagiannya.
Ada pula orang yang berbaik sangka kepada Allah Swt karena memahami hadis qudsi, "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku."
la terus berbaik sangka kepada Allah Swt seraya bekerja dan berusaha dengan harapan Allah akan memperlakukannya sesuai dengan prasangkanya yang baik. Dan, Allah berbuat kepadanya sesuai dengan prasangkanya. Allah telah memudahkan karunia bagi orang beriman sesuai dengan prasangka mereka. Dia berfirman, "Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesulitan."
Tingkatan paling tinggi adalah orang yang menyerah dan pasrah kepada Allah Swt karena menyadari bahwa sikap itulah yang layak ia jalani, bukan karena mengharapkan kebaikan bagi dirinya.
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholi 'ala sayidina Muhammad nabiyil umiyi wa 'ala 'alihi wa shohbihi wa salim