Imam Junaid al-Baghdadi: Masyhur sebab kecintannya pada Ahlul Bayt
Di waktu mudanya Imam Junaid al-Baghdadi adalah seorang yang memiliki badan kekar dan menunjang hidupnya dengan cara bermata pencaharian sebagai pegulat profesional. Dan seperti biasa, setiap tahunnya diadakan kontes gulat oleh Penguasa Baghdad dan mereka mengumumkan: "Hari ini, Junaid Baghdadi (juara bertahan) akan menunjukkan keahliannya sebagai pegulat, apakah ada orang yang berani menantangnya?" Lalu seorang pria tua, berdiri dengan leher gemetar dan berkata: "Aku akan ikut masuk kontes ini dan menantang dia." Siapapun yang menyaksikan adegan ini tidak bisa menahan diri, mereka meledak tertawa dan bertepuk tangan. Raja pun sudah terikat oleh aturan hukum. Dia tidak bisa menghentikan seseorang yang dari kehendak bebasnya sendiri ingin memasuki pertarungan.
Orang tua itu diberi izin untuk memasuki ring. Ia berusia sekitar 65 tahun. Ketika sang juara bertahan Junaid al-Baghdadi memasuki ring, ia tercengang sebagaimana Raja dan semua penonton yang hadir. Semua memiliki pikiran yang sama, "Bagaimana mungkin orang tua ini akan mampu melawan dan menang?" Orang tua itu berjabat tangan dengan Imam Junaid dan dengan suara lirih berkata: "Dekatkanlah aku kepada telingamu." (Dengarkan kata-kataku) Ia kemudian berbisik: "Aku tahu bahwa tidak mungkin bagiku untuk memenangkan pertarungan ini. Aku adalah seorang Sayyid, keturunan Nabi Muhammad ï·º. Anak-anakku sedang kelaparan di rumah. Apakah engkau siap untuk mengorbankan namamu, kehormatan dan posisimu untuk cinta pada Nabi Allah dan kehilangan pertarungan ini karenaku? Jika engkau melakukan hal ini, aku akan dapat mengumpulkan uang hadiahnya dan dengan demikian memiliki sarana untuk memberi makan anak-anakku dan aku sendiri dapat memenuhi kebutuhan selama satu tahun penuh. Aku akan dapat menyelesaikan pembayaran semua hutangku dan di atas semuanya, Rasulullah ï·º akan senang/ridha dengan engkau. Apakah engkau, wahai Junaid, tidak bersedia mengorbankan kehormatanmu demi anak-anak cucu Rasulullah?" Junaid al-Baghdadi berpikir sejenak dan berkata: "Toyyib, hari ini aku memiliki kesempatan yang sangat baik." Akhirnya dengan tampilan yang bersemangat Junaid al-Baghdadi menunjukkan beberapa manuver, menunjukkan kemahiran bergulatnya sehingga Raja tidak menduga ada konspirasi apapun. Junaid dengan kemahiran yang luar biasa, tak mempergunakan kekuatan penuhnya mampu membuat dirinya sendiri terjatuh, ditindihi orang tua itu. MasyaAllah Tabarakallah!
Dan dengan kerendahan hatinya, Junaid pun memproklamirkan akan kekalahannya. Sehingga ia memberikan hak kepada orang tua itu sebagai pemenang dan meraih hadiahnya. Kemudian tiba-tiba saja di malam harinya, Junaid al-Baghdadi bermimpi bertemu Nabi Muhammad ï·º yang mengatakan: "Duhai Junaid, engkau telah mengorbankan kehormatanmu, ketenaranmu yang telah diakui di seantero negeri. Nama dan posisi yang digembar-gemborkan di seluruh penjuru Baghdad bertukar demi ekspresi cintamu untuk anak-anakku yang kelaparan. Pada hari ini dan abadi untuk seterusnya, namamu akan tercatat dalam daftar Auliya' (wali Allah)." Setelah itu, pegulat besar ini berhasil belajar untuk mengalahkan nafsunya dan menjadi salah satu Waliyullah paling terkemuka pada masanya. Lahaula wala quwwata illa billah.
Sumber : Dinukil dari kitab "Tajalliyat al-Jadzb" karya asy-Syaikh Muhammad Hakim Akhtar.
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim