HADIS NABI SAW MENDOAKAN MUKMIN YANG TELAH WAFAT TERKHUSUSNYA MALAM JUM'AT
RUMAH-MUSLIMIN.COM - Kematian adalah sesuatu yang pasti dialami oleh semua makhluk yang hidup. Dunia menjadi transit bagi manusia untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya bekal menjalani kehidupan di akhirat. Jika ruh keluar dari jasad, maka urusan dunia terhenti, tugas selanjutnya adalah mempertanggungjawabkan apa yang sudah dilakukan selama menjalani kehidupan.
Namun ada kalanya ruh-ruh orang meninggal akan kembali ke rumah. Menurut hadits Nabi Muhammad SAW, ruh-ruh ini turun ke langit dunia dan berhenti di rumah keluarganya setiap malam Jumat. Di sana ruh meminta belas kasihan keluarga yang masih hidup di dunia agar mengirim doa dan ayat-ayat Al-Qur’an. Hanya inilah satu-satunya bekal tambahan ruh tersebut untuk menjalani kehidupan di alam barzah.
Dalam Kitab Ihda tsawabu Qira atul Qur’an Lil Amwat : 1/174 dalam risalah pertamanya : Hadiyatul Ahya’ lil Amwat; hlm: 184-185, karya Abul Hasan Ali bin Ahmad bin Yusuf bin Ja’far Al-Hakkari (486 H), disebutkan :
Telah mengabarkan Abu Abdurrahman bin Al-Husain bin Musa As-Salami secara tertulis, ia berkata telah menceritakan Abu Al-Qasim Abdullah bin Muhammad An-Naisaburi dari Ali bin Musa Al-Bashri, dari Ibnu Jarih dari Musa bin Wardani dari Abu Hurairah Ra berkata : Rasulullah bersabda : Hadiahkanlah bagi orang-orang yang meninggal di antara kalian, kami bertanya; apa yang akan kami hadiahkan Ya rasulullah kepada yang telah meninggal? Rasulullah bersabda : shodaqah dan Do’a..
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya ruh-ruh orang mukmin datang setiap malam jumat pada langit dunia. Lalu mereka berdiri di depan pintu-pintu rumah mereka. Masing-masing mereka memanggil-manggil dengan suara yang memelas: “Wahai isteriku (suamiku), anakku, keluargaku, dan kerabatku! Sayangilah kami dengan sesuatu, maka Allah akan merahmati kalian. Ingatlah kami, jangan kalian lupakan! Sayangilah kami dalam keterasingan kami, minimnya kemampuan kami dan segala apa yang kami berada di dalamnya.
Sesungguhnya kami berada dalam tempat yang terpencil, kesusahan yang yang panjang dan duka yang dalam. Sayangilah kami, maka Allah akan menyayangi kalian. Jangan kalian kikir kepada kami dengan memberikan doa, shadaqah dan tasbih. Semoga Allah memberikan rasa nyaman kepada kami, sebelum kalian sama seperti kami. Sungguh rugi!, Sungguh menyesal! Wahai hamba Allah! Dengarkanlah ucapan kami, dan jangan lupakan kami. Kalian tahu bahwa keutamaan yang berada di tangan kalian sekarang adalah keutamaan yang sebelumnya milik kami. Sementara kami tidak menafkahkannya untuk taat kepada Allah. Kami tidak mau terhadap kebenaran, hingga ia menjadi musibah bagi kami. Manfaatnya diberikan kepada orang lain, sementara pertanggungjawaban dan siksanya diberikan kepada kami”. Masing-masing mereka memanggil-manggil sebanyak 1000 kali: “Kasihanilah kami dengan satu dirham atau sepotong roti!”
Lalu Rasulullah SAW menangis, dan kamipun (para sahabat) menangis. Dan kami tidak mampu bicara. Rasulullah bersabda: Mereka adalah saudara-saudara kalian yang sebelumnya berada dalam kenikmatan dunia. Dan kini mereka menjadi debu setelah sebelumnya berada dalam kenikmatan dan kegembiraan.
Rasulullah SAW bersabda: Lalu mereka menangis dan mengucapkan kutukan kepada mereka sendiri dan berkata: “Celakalah kita! Jika kami menafkahkan apa yang kita miliki, maka kita tidak akan membutuhkan ini”. Lalu mereka pulang dengan penyesalan”..
Dalam kitab I’anah Atthalibiin Juz II menyebutkan :
Keterangan dari hadits bahwa arwah orang-orang mukmin datang pada tiap malam ke langit dunia, dan berhenti di jurusan rumah-rumahnya dan berseru-seru dengan suara yang mengharukan seribu kali “wahai keluargaku, sanak-saudara, dan anak-anakku, wahai kau yang mendiami rumah-rumahku, memakai pakaianku dan membagi-bagi hartaku. Apakah ada diantara kalian yang mengingat dan memikirkanku dalam pengasinganku ini dan aku berada dalam tahanan yang cukup lama dalam benteng yang kuat. Kasihanilah kami, maka Allah akan mengasihanimu. Janganlah kamu semua bakhil kepadaku sebelum kamu (berposisi) sepertiku.Wahai hamba-hamba Allah sesungguhnya apa yang kau miliki sekarang dulu juga (pernah) ku miliki, hanya saja dulu aku tidak membelanjakannya di jalan Allah, dimana pemeriksaannya dan bahayanya menimpaku sedang kegunaannya bermanfaat kepada orang lain”. Jika kamu (sanak, saudara dll) tidak memperhatikannya (arwah), maka mereka (arwah-arwah itu) tidak mendapatkan oleh-oleh sesuatupun dan mereka hanya akan mendapatkan penyesalan dan kerugian. Ada pula hadits Rasulullah saw.beliau bersabda ”mayit itu di dalam kuburnya seperti orang hanyut yang meminta-minta tolong, mereka menungu-nunggu do’a dari anaknya, saudaranya atau teman-temannya. Makajika do’a itu sampai kepadanya nilainya jauh kebih baik dibandingkan dunia seisinya. Namun jika arwah-arwah tersebut tidak memperoleh apa-apa, maka arwah-arwah tersebut memperoleh kerugian dan kembali dengan berduka.
Lihat Hsyiyah Al-Bujarimi ‘Alal Khothib bab Sholat :
Berkata Nabi SAW : “Sesungguhnya Arwah-arwah kaum mu’minin itu setiap malam mendatangi langit dunia dan mereka ( arwah ) berhenti / berdiri di depan rumah-rumah mereka ( selama masih hidup ), mereka memangil / menyeru, setiap kali seruan dengan suara susah seribu kali seruan. Wahai keluarga dan kerabatku serta anak-anak ku .. Wahai orang yang telah menempati rumahku, dan memakai baju tinggalanku dan yang telah membagi warisan hartaku.. Adakah dari mu seseorang yg ingat padaku dan memikirkan Rantauanku ( merantau ) Aku dalam penjara yg sangat lama, dan dalam benteng yang sangat kuat. Maka Kasihanilah aku, maka Alloh akan menghasihi kalian dan jangan lah kamu pelit terhadapku sebelum kalian menjadi seperti aku ( mati ) wahai hamba-hamba Alloh. sesungguhnya apa yang utama di tanganmu itu juga di tanganku. Dan akau tidak menafkahkan nya di jalan alloh dan aku tidak menghitungn ya serta perduli terhadapnya ( harta ) dan sekarang manfaat nya terhadap selain ku. Maka bila kamu tidak memberikan sesuatu pada arwah-arwah tadi dengan sesuatu, maka mereka para arwah akan pergi dengan kerugian dan dia akan tercengah.”
Masih dalam Hsyiyah Al-Bujarimi ‘alal Khotib II/302 disebutkan bahwa ruh seorang mukmin mempunyai keterkaitan dengan kuburannya dan tidak akan terpisah selamanya. Namun keterkaitan itu menjadi sangat dimulai dari asar hari kamis sampai terbenam matahari hari sabtu. Oleh sebab itu masyarakat melakukan ziarah kubur pada hari jumat, yaitu pada asar hari kamis. Ziarah yang dilakukan Rasulullah SAW ke makam Syuhada’ Uhud dilakukan hari Sabtu, karena pada hari Jumat beliau jadikan sebagai waktu untuk memperbanyak amal.
Kitab Fatawa ar Ramli juz 6 halaman 67 menyebutkan:
( سُئِلَ ) عَنْ الْأَرْوَاحِ هَلْ وَرَدَ أَنَّهَا تَأْتِي إلَى الْقُبُورِ فِي كُلِّ لَيْلَةِ جُمُعَةٍ تَزُورُهَا وَتَمْكُثُ عَلَى ظَاهِرِهَا إلَى غُرُوبِ شَمْسِهَا ، وَإِنَّهَا تَأْتِي دُورَ أَهْلِهَا ؟ ( فَأَجَابَ ) بِأَنَّهُ قَدْ ثَبَتَ فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ عَوْدُ الرُّوحِ إلَى الْجَسَدِ فِي الْقَبْرِ لِسَائِرِ الْمَوْتَى وَقَدْ قَالَ الْيَافِعِيُّ مَذْهَبُ أَهْلِ السُّنَّةِ أَنَّ أَرْوَاحَ الْمَوْتَى تُرَدُّ فِي بَعْضِ الْأَوْقَاتِ مِنْ عِلِّيِّينَ أَوْ مِنْ سِجِّينٍ إلَى أَجْسَادِهِمْ فِي قُبُورِهِمْ عِنْدَ إرَادَةِ اللَّهِ تَعَالَى وَخُصُوصًا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ وَيَجْلِسُونَ وَيَتَحَدَّثُونَ وَيُنَعَّمُ أَهْلُ التَّنْعِيمِ وَيُعَذَّبُ أَهْلُ الْعَذَابِ وَقَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ الْأَحَادِيثُ وَالْآثَارُ تَدُلُّ عَلَى أَنَّ الزَّائِرَ مَتَى جَاءَ عَلِمَ بِهِ الْمَزُورُ وَسَمِعَ كَلَامَهُ ، وَأَنِسَ بِهِ وَهَذَا عَامٌّ فِي حَقِّ الشُّهَدَاءِ وَغَيْرِهِمْ …. قَالَ الْقُرْطُبِيُّ وَقَدْ قِيلَ إنَّهَا تَزُورُ قُبُورَهَا كُلَّ جُمُعَةٍ عَلَى الدَّوَامِ وَقَدْ وَرَدَ أَنَّهَا تَأْتِي قُبُورَهَا وَدُورَ أَهْلِهَا فِي وَقْتٍ يُرِيدُهُ اللَّهُ لَهَا ؛ لِأَنَّهَا مَأْذُونٌ لَهَا فِي التَّصَرُّفِ ، وَإِنَّهَا تُبْصِرُ مَنْ هُنَاكَ سَوَاءٌ أَتَتْ إلَى الْقُبُورِ أَمْ الدُّورِ . فتاوى الرملي – (ج 6 / ص 67)
“Imam Ramli ditanya tentang Arwah, adakah dalil bahwa arwah kembali ke kuburnya setiap malam Jumat dan berdiam di atasnya hingga terbenam matahari, dan apakah arwah dapat mendatangi rumah keluarganya? Telah ditetapkan dalam hadis sahih bahwa ruh kembali kepada jasadnya di dalam kubur bagi semua orang mati. Al-Yafii berkata: Madzhab Ahlisunnah menyatakan bahwa arwah orang mati dikembalikan di sebahagian waktu dari Illiyyin (arwah orang mukmin) dan dari Sijjin (arwah orang kafir) ke jasad mereka di dalam kuburnya yang telah dikehendaki Allah. Khususnya di malam Jumat. Mereka duduk, bercakap-cakap, yang mukmin diberi nikmat dan kafir disiksa… Ibnu al-Qayyim berkata: “Hadis dan pendapat sahabat menunjukkan bahwa ketika penziarah datang, maka arwah kubur mengetahuinya, mendengar perkataannya dan sedang dengan kedatangannya. Ini berlaku bagi semua, baik syuhada dan lainnya…” al-Qurthubi berkata: “Sungguh telah disebutkan bahwa arwah berziarah ke kuburnya setiap Jumat, selamanya. Dan telah sampai sebuah dalil bahwa arwah mendatangi kuburnya dan rumah keluarganya, di waktu yang telah dikehendaki oleh Allah. Sebab para arwah telah diberi izin untuk melakukan sesuatu. Dan arwah mengetahui orang yang disana, baik saat di kubur atau di rumah” (Fatawa al-Ramli 6/67)
Imam Ibn Hajar Al Haitami juga ada menukilkan dari Imam Ibn Abd Barr dari sumber yang ditarjih oleh beliau bahwa roh orang mukmin selain para Syuhada’ bersemayam di sekitar kuburan mereka namun diberi kebebasan pergi ke manapun sekehendak mereka.
Berikut fatwa Ibnu Hajar al-Haitami dalam Al Fatawa al Haditsiyah (diterjemahkan secara bebas (global) :
– Ibn Rajab menyebutkan bahwa ruh para Nabi alaihimus salam berada di atas ‘illiyyin. Dan dikuatkan oleh sabda Nabi : “ Ya Allah Rafiq yang tertinggi “.
– Majoriti ulama berpendapat bahwa ruh para syahid di tempatkan didalam perut burung hijau yang suwaktu-waktu terbang ke surga.
Adapun ruh kaum mukmin, maka berikut beberapa pendapat :
Menurut pendapat imam Syafi’i, roh orang mukmin yang belum mukallaf akan ditempatkan dalam lentera yang tergantung di dinding Arsy dan suwaktu-waktu bisa pergi ke surga.
Sedangkah roh orang mukmin yang sudah mukallaf menurut Imam Ahmad akan ditempatkan dalam surga.
Menurut Syekh Wahab, roh tersebut akan ditempatkan dalam rumah putih yang berada di atas langit yang ketujuh.
Lain halnya dengan pendapat Imam Mujahid, menurut beliau roh-roh tersebut selama seminggu setelah kematian akam berada di sekitar, baru kemudian dipindahkan ke tempat lain.
Dan menurut sumber yang ditarjih oleh Imam Ibnu Abdil Bar mengatakan bahwa roh orang mukmin selain para Syuhada’ bersemayam di sekitar kuburan mereka namun diberi kebebasan pergi kemanapun sekehendak mereka.
Dan menurut beberapa kelompok ulama lainnya menjelaskan bahwa roh mereka ditempatkan disuatu tempat dimuka bumi ini yaitu kolam yang sangat besar. Sedangkan roh orang-orang kafir ditempatkan suatu daerah yang bernama Barhut yaitu tempat yang sangat angker, tandus dan tak bertuan di kawasan Hadhro Maut. Imam Sufyan mengatakan : “ Tidak seorang pun akan mampu tidur malam di dekat Barhut tersebut “. Wa Allahu A’lam. (Al Fatawa al Haditsiyah hal.6).
Kesimpulan dari fatwa Ibn Hajar al-Haitami adalah bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai tempat ruh orang mukmin dan orang kafir setelah wafatnya. Dengan demikian, ini adalah masalah furu’ di mana para ulama masih berbeda pendapat tentang ini.
$ads={1}
Pendapat tentang ‘Kemana Ruh’ setelah mati memang terjadi banyak khilaf, sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu al-Qayyim, murid Ibnu Taimiyah:
“Dimanakah tempat menetapnya arwah antara setelah kematian sampai kiamat? Apakah di langit atau di bumi? Apakah di surga atau tidak? Apakah diletakkan di sebuah jasad lainnya, yang di dalamnya mendapat nikmat dan adzab, atau tidak ada sama sekali? Ulama berbeda pendapat. Ada yang menyatakan bahwa Arwah orang mukmin berada di sisi Allah, baik Syuhada atau bukan, selama tidak tertahan untuk masuk surga dikarenakan dosa besar atau hutang dan berjumpa dengan Allah yang telah memberi ampunan dan rahmat. Ini pendapat Abu Hurairah dan Ibnu Umar. Sekelompok ulama berpendapat bahawa Arwah berada di teras surga, di pintu surga. Arwah mendapatkan nikmat dan rezeki. Sekelompok ulama lainnya mengatakan bahawa Arwah berada di teras kuburnya. Malik berkata: “Telah sampai kepadaku bahawa Arwah dilepas, boleh pergi kemana saja”. Imam Ahmad berkata melalui riwayat anaknya, Abdullah, bahwa Arwah orang kafir di neraka dan Arwah orang beriman di surga” (Ibnu al-Qayyim, al-Ruh, 1/90)
Apa yang telah disampaikan oleh Imam al-Qurthubi dan Imam Ramli diatas merupakan bentuk cabang (tafri’) dari Imam Malik yang mengatakan ‘Ruh dapat pergi kemana pun ia kehendaki’. Wallahu A’lam. (pds)
Berbagai Sumber:
Ustadz Ma’ruf Khozin via ahlussunnah wal jamaah research group (aswj-rg.com), piss-ktb.com, mutakhorij-assunniyyah.blogspot.co.id, infoyunik.com, nu.or.id, ngaji.web.id.
Wallahu a'lam Bishowab
Allahuma sholii 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim