AKHLAK RASULULLAH SAW KEPADA MUNAFIK
Habibana Munzir bin Fuad Almusawa Alaihi Rahmatullah:
Demikian pula perbuatan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sayyidina Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul, sebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa dia adalah seorang yang beriman tetapi ayahnya adalah pemimpin munafik yang paling jahat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, berkelompok dengan orang-orang yang memusuhi nabi, mengabarkan berapa jumlah tentara nabi, berapa senjatanya, kapan keluar Madinah, kapan masuk Madinah, kapan perdagangan di Madinah, kapan orang-orang Madinah berdagang keluar dan lainnya, semua itu yang membocorkannya adalah Abdullah bin Ubay bin Salul.
Sungguh jahat sekali tetapi anaknya adalah orang yang beriman, ia bernama Abdullah juga. Maka sayyidina Abdullah datang kepada Rasul dan berkata : ” Wahai Rasulullah, ayahku sudah sakaratul maut dan tidak ada yang mau mengurus jenazahnya “, kenapa? karena teman-temannya yang munafik tidak mau mengurus jenazahnya, mereka takut jika mereka mnegurusi jenazahnya maka orang-orang muslim mengetahui bahwa mereka adalah pengikut Abdullah bin Ubay juga, sedangkan orang-orang muslim juga tidak mau mengurusi jenazah itu karena jelas-jelas yang wafat adalah pimpinan orang munafik yang sangat jahat.
Dimana ketika orang muslim mengirim bahan makanan atau ke Madinah dimonopoli oleh Abdullah bin Ubay, mau mengirimkan bantuan atau perdagangan ke Madinah dirampok karena kapalnya sudah dibocorkan oleh Abdullah bin Ubay, justru mereka orang muslim senang dengan wafatnya Abdullah bin Ubay bin Salul.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangkit dan berdiri untuk mengurus jenazah Abdullah bin Ubay bin Salul, maka sayyidina Umar berkata : ” Wahai Rasulullah, dia pimpinan munafik jangan engkau urus jenazahnya “, maka Rasulullah berkata: ” biarkan aku wahai Umar “, maka Rasulullah lah yang memandikannya, Rasul yang mengkafaninya , Rasul yang menshalatinya, Rasul yang menurunkannya ke kuburnya, Rasul yang mendoakannya, lalu turunlah ayat :
وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَى قَبْرِهِ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ
( التوبة : 84 )
” Dan janganlah kamu sekali-kali menyolatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” ( QS. At Tawbah : 84 )
اسْتَغْفِرْ لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
( التوبة : 80 )
” Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Meskipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka. Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” ( QS. At Tawbah : 80 )
Di dalam ayat ini ada makna yang tersembunyi, dijelaskan oleh guru mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh menukil makna syarh ayat ini bahwa Allah subhanahu wata’ala sangat mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Nabi Muhammad tidak menentang Allah, beliau diciptakan oleh Allah penuh dengan sifat lemah lembut, maka Allah biarkan beliau mengurus jenazah Abdullah bin Ubay, dan setelah semua selesai barulah turun larangan dari Allah subhanahu wata’ala, maksudnya supaya orang munafik yang lain tau bahwa jenazah orang yang seperti itu tidak boleh dishalati sehingga mereka mau bertobat.
Kalau seandainya Allah subhanahu wata’ala betul-betul tidak menginginkannya, maka sebelum Rasulullah melakukannya pastilah dilarang tetapi justru Allah melarang setelah Rasulullah melakukannya, supaya menjadi pelajaran bagi orang munafik yang lainnya untuk tidak memusuhi dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Lalu Rasulullah berkata kepada sayyidina Umar : ” Wahai Umar, engkau lihat firman Allah bahwa aku tidak boleh memohonkan pengampunan untuk Abdullah bin Ubay bin Salul karena Allah tidak mau mengampuninya walaupun 70 kali aku memohonkan pengampunan, wahai Umar kalau aku tau bahwa Allah akan mengampuninya jika kumintakan pengampunan lebih dari 70 kali, maka akan kumintakan pengampunan untuk Abdullah bin Ubay bin Salul “.
Misalnya Allah menuntut harus 1000 kali nabi memintakan pengampunan untuk Abdullah bin Ubay maka beliau akan mintakan pengampunan itu demi keselamatan Abdullah bin Ubay bin Salim dari kemurkaan Allah subhanahu wata’ala. Demikian mulianya sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Wallahu a'lam bishowab
Allahumma Sholli 'ala Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa Shobihi wasalim.